Catatan untukku Sendiri
Sebuah renungan untuk diriku sendiri
Ikhwan mungkin panggilan yang tak pantas disandangkan kepadaku, walaupun aku sering, atau aktif berangkat kajian tapi tetap saja aku masih awam. Tidak seperti ikhwah yang lain, seperti penuntut ilmu yang lain. Kalau dilevel pokoknya levelnya ga naik-naiklah. Masih segitu-gitu aja pokokmen.
Tapi Alhamdulillah semangat datang ke kajian masih ada, walau kadang perasaan malas dan berbagai kesibukan sering membebani. Maklum makan sendiri, tidur sendiri, nyuci baju sendiri, pokoknya semua sendiri. Ya gitulah nasib si bujang yang harusnya mencari pendamping biar semuanya ga dikerjain sendiri lagi. ^_^
Rosululloh Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda : Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa. (HR. Al Hakim)
Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas). (HR. Al Hakim)
Semoga saja aku tidak termasuk dari hadits di atas
Detik, demi detik, hari, tahun silih berganti tak terasa kenikmatan kesendirian sudah mulai tidak kurasakan lagi. Kadang aku iri melihat teman-teman yang lain sudah menikah. Padahal :
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.
Kalau dibilang mampu kadang merasa belum mampu, kalau dibilang belum mampu terus mampunya kapan?^_^. Ternyata perasaan itu, kecemburuan itu, ke irian itu kadang menyiksaku. Alangkah bahagianya pergi berdua, kemana-mana berdua, ke kajian, ke pasar…. Ehmmm Romantisnya. Apalagi kalau dah punya anak. Alangkah lucu-lucunya anak-anak mereka.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøs9Î) @yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨uq¨B ºpyJômuur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGt ÇËÊÈ
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Terus kenapa aku masih sendiri?. Kadang dengan dalih berbagai alasan yang sebenarnya cuma menutupi ketidakteguhan dan kepastian niatku menikah. Pengen tau alasanku belum menikah juga? Padahal target menikah 25 ke bawah e! Sekarang dah telat gitu.
1. Malu…
Entah mau yang dibolehkan atau tidak. Kadang kalau dah punya niat menikah tapi ujung-ujungnya malu. Entah itu sifat dasar atau emang untuk menutupi ketakutan-ketakutanku selama ini. Tiap kali mau nembung (minta bantuan) sama ustadz, ga jadi.
Rosululloh bersabda :
Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan) dan sebaik-baik benda (perhiasan) adalah wanita (isteri) yang sholehah. (HR. Muslim)
Kenapa aku harus malu untuk mendapatkan sebaik-baik perhiasan dunia?
2. Kurang PD
Rasa kurang PD atau entah itu juga cuma ketakutanku saja. Kurang gantenglah, kurang ilmulah, kurang kayalah (buat makan sendiri aja susah), kurang bertitellah (ya cuma lulusan STM saja). Padahal harusnya aku syukuri apa yang ada.
Rosululloh bersabda :
Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi)
3. Ketakutan-ketakutan yang banyak
Takut di tolak akhwatnya karena ga level, akhwat sekarang pengennya levelnya yang labih tinggi. Baik dari sisi akademisnya ataupun tingkat keilmuan agamanya. Biar bisa ngomong katanya. Ataupun tidak sedikit yang “materalistik”. Mana mau ntar kalau hidup prihatin, makan seadanya?. (Dan memang realita sekarang, kebanyakan akhwat sekarang minimal tingkat pendidikan Sarjana di tambah lagi dengan aktifnya mereka di kajian-kajian intensif dikampus yang sering mereka ikuti). Tidak seperti aku yang cuma seminggu sekali. Itupun ga nyantel-nyantel juga.^_^.
Sebenarnya ketakutan-ketakutan tersebut harus tak hilangin.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tiak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." Muttafaq Alaihi.
Bersambung Insya Allah….
0 komentar:
Posting Komentar